HIDUP ADALAH PILIHAN
Sahabat2ku, hidup ini adalah
pilihan, Allah SWT pun menawarkan pilihan kepada kita, apakah kita mau menjadi
orang beriman atau mau menjadi orang yang fasik. Mau hidup bahagia atau
menderita, baik itu kehidupan di dunia maupun di kehidupan selanjutnya.
Semuanya didasarkan pada pilihan2, semuanya tergantung kita.
Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa
manusia dua jalan, kejahatan dan ketakwaan. ''Dan (demi) jiwa dan
penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.'' (QS Asy-Syams [91]: 7-10).
Kita diberi pilihan memilih jalan
yang mana. Kita diberi akal untuk membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Kita juga diberi ujian sebagai pembuktian keimanan, apakah dengan ujian
itu, tetap pada keimanan atau berpaling dan melakukan yang salah. Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, `Kami telah beriman,'
sedangkan mereka tidak diuji lagi (QS. Al Ankabuut : 2) Kita dikaruniai akal pikiran
untuk memilih jalan ketakwaan atau kefasikan.
Bila jalan takwa yang kita pilih,
maka kemenangan yang kita dapatkan, "Dan barang siapa yang taat kepada
Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang- orang yang mendapat kemenangan" (QS. An-Nur {24}: 52).
Dan bagi yang memilih jalan
kefasikan, maka nerakalah tempatnya kelak, ”Dan adapun orang-orang yang fasik
maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar
daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka:
"Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya” (QS. As Sajdah
:20)
Coba kita tengok dalam setiap
perkembangan kehidupan kita, semenjak kecil, remaja hingga dewasa, semuanya
selalu dihadapkan pada serangkaian pilihan, urusan memilih baju yang akan
dipakai, memilih sekolah yang akan dijadikan tempat kita menuntut ilmu, hingga
memilih pekerjaan dan termasuk memilih pasangan hidup yang akan mendampingi
kita hingga kakek nenek dan ajal menjemput memisahkan kita.
Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan dan politik sekalipun, kita dihadapkan pada kenyataan pilihan2,
ya, kita harus memilih. Siapa yang kita sukai untuk dipilih, dan siapa yang
kita tidak sukai untuk tidak kita pilih, baik sebagai wakil kita di lembaga
perwakilan rakyat. Semuanya memilih, termasuk saat kita pun memutuskan untuk
tidak memilih, itulah pilihan kita. Semuanya tentu seiring sejalan dengan
kemanfaatan berikut resiko yang harus kita hadapi.
Sahabat2ku, kita harus berani
membuat dan menentukan sebuah pilihan dalam hidup kita. Orang yang berani
memilih adalah orang yang berani menghadapi resiko, seorang yang berani memilih
adalah orang yang percaya sepenuhnya pada Allah, sandaranya Allah. Hingga saat
dia meyakini apa yang dipilihnya adalah benar menurut agama, maka walaupun
berat resiko yang harus ditempuhnya, maka ia akan siap menghadapi segala macam
resiko dan tidak menjadi ragu2 atau menjadi pengecut yang tidak berani
mengambil sebuah keputusan.
Hidup yang menarik adalah hidup yang
selalu dipenuhi dengan berbagai pilihan yang membuat daya pikir dan olah rasa
kita dalam merespon pilihan2 itu berkembang dan membuat kita maju. Karena kita
sejatinya diberi anugrah oleh Allah dalam bentuk akal dan hati, adalah untuk
memilah dan memilih sebuah kebenaran atau kesalahan, baik atau buruk. Ketajaman
merespon apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telingadan dirasakan oleh
hati dan pikiran, akan menentukan sejauh mana kita akan mampu menaklukan
kehidupan dan sangat menentukan sejauh mana kita mampu berani membuat sebuah
keputusan, memilih dan melangkah maju.
Begitupun dengan bagaimana kita
menjalani hidup ini, Allah memberikan kita banyak kesempatan dengan beragam
jalan pilihan. Semua memiliki konsekuensi masing2 dan semua menuntut tanggung
jawabnya sendiri. Jika kita memilih untuk tetap di lantai dasar, maka kita
harus menerima dan bersabar ketika kita tetap ada di bawah dan hanya
mendapatkan apa yang ada disana. Jangan kita marah, cemburu dan iri hati ketika
melihat orang lain memilih dan mendapat hal2 baik yang terdapat di lantai atas
kita.
Kalau kita memilih menggunakan jalan
pintas untuk naik tentu akan sangat cepat meraih lantai tujuan.Tetapi kita
harus siap dengan segala konsekuensinya dan harus bisa bersabar jika ternyata
resikonya lebih besar. Karena bisa saja biaya yang kita keluarkan lebih tinggi
dari apa yang kita harapkan. Bukankah ketika kita melompat naik di tangga akan
menghadapi resiko jatuh yang lebih besar daripada jika kita berjalan? Belum
lagi kita juga tidak akan merasa puas jika keberhasilan kita sejatinya buah
dari perjuangan orang lain atau kita dapati dengan cara yang kurang
benar/kurang baik.
Berbeda kalau kita memilih naik
setapak demi setapak dan melakukan lompatan2 terukur dan terencana, tentu kita
akan dapat menggapai tujuan kita. Akan sangat baik jika kita memiliki kawan
seiring dalam perjalanan naik itu. Kawan yang bersama saling membantu memikul
beban dan kepenatan di perjalanan. Walaupun perjalanan mendaki ke lantai atas
yang kita lakukan membuahkan penat dan capai, tapi kita percaya bahwa lantai
lebih atas akan memberi panorama lebih indah yang tidak tersedia di lantai
bawah sebelumnya.
Jika lantai atas yang saya uraikan
diatas sebagai gambaran kesuksesan hidup yang serba berkecukupan dalam hal
materi, dsb, hingga kita bisa berbuat lebih banyak untuk membantu orang lain
yang kekurangan, bisa memaksimalkan potensi yang ada agar kita menjadi
sebaik2nya ummat yang bermanfaat untuk orang banyak. Hubungan kita dengan Alah
pun harmonis, maka pilihlan jalan tsb.
Tapi dalam hal memilih ini, tentunya
kita harus berusaha dengan segenap kemampuan yang ada, menempuhnya dijalan yang
diridhoi Allah dan tidak mudah putus asa di tengah jalan jika ternyata langkah
kita mengalami banyak hambatan.
Jangan pernah sekali2 kita
beranggapan bahwa hidup kita memang sudah seperti ini (dilantai bawah) dan
tidak bisa diubah, banyak manusia yang merasa hidupnya sudah baik2 saja, merasa
seperti itulah hidup yang sebenarnya, mereka tidak menyadari bahwa hidup mereka
bisa lebih baik dari semua itu jika mereka mau berusaha merubahnya. Allah SWT
berfirman ”Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra'd :11).
Sahabat2ku, bagaimana dengan kita,
apakah dalam hidup ini kita lebih cenderung berada pada jalan kebenaran atau
kefasikan? Apakah dalam hidup ini, kita lebih memilih hidup dilantai bawah
tanpa punya keberanian untuk merubahnya dan naik ke lantai atas? Dan apakah
selama ini kita termasuk orang yang ragu, takut dalam menentukan pilihan hidup
atau berani dalam menentukan pilihanhidup atau sebaliknya? Hanya kita yang bisa
menjawabnya.
Hidup ini adalah pilihan2 yang akan
membawa kita pada hasil akhir di akhirat nanti, semoga kita semua bisa bisa
bijak dalam menentukan setiap langkah pilihan dalam hidup, menajalaninya dengan
keimanan kepada Allah SWT dan semoga kita semua selalu berada dalam jalan
kebenaran, aamiin yaa Robbal alamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar